Senin, 21 Maret 2011

Persib Ingin Perpanjang Kontrak Shohei

Minggu, 20 Maret 2011 - 00:35 wib
text TEXT SIZE :  
Share
Huyogo Simbolon - Koran SI
Foto: Matsunaga Shohei/Koran SINDO
Foto: Matsunaga Shohei/Koran SINDO
BANDUNG – Aksi pemain anyar Persib Bandung Matsunaga Shohei menuai decak kagum. Bagaimana tidak, dalam tiga pertandingan yang dilakoni pemilik nomor punggung 18 ini sudah tiga gol yang berhasil melambungkan namanya. Tidak heran bila Sho, panggilan akrabnya dijuluki Super Shohei berkat penampilannya yang kerap merepotkan barisan pertahanan lawan.

Performa Sho yang meyakinkan membuat pengurus klub menandakan sinyal untuk mempertahankan pemain kelahiran Shizouka, 7 Januari 1989 ini. Manajer Persib Umuh Muchtar mengaku akan menjadikan Sho sebagai pemain yang akan dipertahankan hingga beberapa musim ke depan.

“Saya berharap bisa dua tahun lagi,” kata Umu, Sabtu (19/3/2011). Saat ditanya apakah sudah melakukan pendekatan dengan Sho, Umuh enggan membeberkannya lebih lanjut. Yang jelas, kata Umuh, Sho menjadi pembelian terbaik Persib musim ini selain Abanda Herman dan Miljan Radovic.

Selain sukses mencetak gol, Sho kerap memanjakan barisan depan melalui umpan-umpan matang. "Selama ini yang menjadi kendala menurunnya produktivitas gol dan lebih sering kebobolan, karena lini belakang dan tengah memang lemah. Tapi sekarang saya yakin Daniel pasti bisa berbuat lebih baik lagi untuk Persib setelah apa yang dimintanya yaitu mencari pemain tengah dan bek handal sudah kita penuhi," beber Umuh beberapa waktu lalu.

Terakhir, Sho melesakan golnya ke gawang Hendro Kartiko. Padahal, kubu Persija memiliki trek rekor yang baik musim ini sebagai tim yang minim kemasukan gol. Hadiah penalti yang dibeikan wasit asal Malaysia.
Mantan pemain yang merumput di bundesliga bersama Schalke 04 ini memang cepat beradaptasi dengan klub barunya. Selain masih berusia muda, Sho saat mengikuti seleski Februari silam sudah memberikan harapan baru bagi Persib. Dia langsung menjawab dengan menorehkan tiga gol saat baru memulai karirnya.

Pemain yang semasa di bundesliga akrab dengan bintang Jepang Shinji Ono ini memang masih dikontrak selama enam bulan oleh pihak manajemen. Awalnya, Sho terlebih dulu harus bekerja keras menjadi skuad utama. Bahkan bobotoh, sebutan pendukung setia Persib kini sudah menjadikan Sho sebagai idola.

Pada laga menghadapi Persija misalnya, sejumlah dukungan moril bobotoh terhadap lelaki yang mengaku masih single ini cukup besar. Dengan membentangkan spanduk berukuran 1 x 5 meter sejumlah bobotoh mengelilingi area lapangan. Dalam spanduk tersebut bertuliskan kata berikut: PRAY FOR JAPAN SAVE FOR TSUBASA SALUTE FOR MATSUNAGA ANNIVERSARY FOR PERSIB 78th.

Dengan adanya hal ibi, tidak bisa dipungkiri bila pesona Super Shohei kian melambungkan namanya di hati para penggemarnya, terlebih bobotoh Persib. Meski demikian, Sho hanya terus berpikir untuk mencetak gol dan berkontribusi pada timnya untuk meraih kemenangan. Layaknya Lionel Messi di Barcelona saja.
(hmr)

SEJARAH PERSIB

Sebelum bernama Persib, di Kota Bandung berdiri Bandoeng Inlandsche Voetball Bond (BIVB) pada sekitar tahun 1923. BIVB ini merupakan salah satu organisasi perjuangan kaum nasionalis pada masa itu. Tercatat sebagai Ketua Umum BIVB adalah Mr. Syamsudin yang kemudian diteruskan oleh putra pejuang wanita Dewi Sartika, yakni R. Atot.
Atot ini pulalah yang tercatat sebagai Komisaris daerah Jawa Barat yang pertama. BIVB memanfaatkan lapangan Tegallega didepan tribun pacuan kuda. Tim BIVB ini beberapa kali mengadakan pertandingan diluar kota seperti Yogyakarta dan Jatinegara Jakarta.
Pada tanggal 19 April 1930, BIVB bersama dengan VIJ Jakarta, SIVB (Persebaya), MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani kelahiran PSSI dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. BIVB dalam pertemuan tersebut diwakili oleh Mr. Syamsuddin. Setahun kemudian kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan. BIVB berhasil masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1933 meski kalah dari VIJ Jakarta.
BIVB kemudian menghilang dan muncul dua perkumpulan lain yang juga diwarnai nasionalisme Indonesia yakni Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB). Pada tanggal 14 Maret 1933, kedua perkumpulan itu sepakat melakukan fusi dan lahirlah perkumpulan yang bernama Persib yang kemudian memilih Anwar St. Pamoentjak sebagai Ketua Umum. Klub- klub yang bergabung kedalam Persib adalah SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi.
Persib kembali masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1934, dan kembali kalah dari VIJ Jakarta. Dua tahun kemudian Persib kembali masuk final dan menderita kekalahan dari Persis Solo. Baru pada tahun 1937, Persib berhasil menjadi juara kompetisi setelah di final membalas kekalahan atas Persis.
Di Bandung pada masa itu juga sudah berdiri perkumpulan sepak bola yang dimotori oleh orang- orang Belanda yakni Voetbal Bond Bandung & Omstreken ( VBBO). Perkumpulan ini kerap memandang rendah Persib. Seolah- olah Persib merupakan perkumpulan “ kelas dua “. VBBO sering mengejek Persib. Maklumlah pertandingan- pertandingan yang dilangsungkan oleh Persib dilakukan di pinggiran Bandung—ketika itu—seperti Tegallega dan Ciroyom. Masyarakat pun ketika itu lebih suka menyaksikan pertandingan yang digelar VBBO. Lokasi pertandingan memang didalam Kota Bandung dan tentu dianggap lebih bergengsi, yaitu dua lapangan dipusat kota, UNI dan SIDOLIG.
Persib memenangkan “ perang dingin “ dan menjadi perkumpulan sepakbola satu- satunya bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya. Klub-klub yang tadinya bernaung dibawah VBBO seperti UNU dan SIDOLIG pun bergabung dengan Persib. Bahkan VBBO kemudian menyerahkan pula lapangan yang biasa mereka pergunakan untuk bertanding yakni Lapangan UNI, Lapangan SIDOLIG ( kini Stadion Persib ), dan Lapangan SPARTA ( kini Stadion Siliwangi ). Situasi ini tentu saja mengukuhkan eksistensi Persib di Bandung.
Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang. Kegiatan persepakbolaan yang dinaungi organisasi lam dihentikan dan organisasinya dibredel. Hal ini tidak hanya terjadi di Bandung melainkan juga diseluruh tanah air. Dengan sendirinya Persib mengalami masa vakum. Apalagi Pemerintah Kolonial Jepang pun mendirikan perkumpulan baru yang menaungi kegiatan olahraga ketika itu yakni Rengo Tai Iku Kai.
Tapi sebagai organisasi bernapaskan perjuangan, Persib tidak takluk begitu saja pada keinginan Jepang. Memang nama Persib secara resmi berganti dengan nama yang berbahasa Jepang tadi. Tapi semangat juang, tujuan dan misi Persib sebagai sarana perjuangan tidak berubah sedikitpun.
Pada masa Revolusi Fisik, setelah Indonesia merdeka, Persib kembali menunjukkan eksistensinya. Situasi dan kondisi saat itu memaksa Persib untuk tidak hanya eksis di Bandung. Melainkan tersebar diberbagai kota, sehingga ada Persib di Tasikmalaya, Persib di Sumedang, dan Persib di Yogyakarta. Pada masa itu prajurit- prajurit Siliwangi hijrah ke ibukota perjuangan Yogyakarta.
Baru tahun 1948 Persib kembali berdiri di Bandung, kota kelahiran yang kemudian membesarkannya. Rongrongan Belanda kembali datang, VBBO diupayakan hidup lagi oleh Belanda ( NICA ) meski dengan nama yang berbahasa Indonesia Persib sebagai bagian dari kekuatan perjuangan nasional tentu saja dengan sekuat tenaga berusaha menggagalkan upaya tersebut. Pada masa pendudukan NICA tersebut, Persib didirikan kembali atas usaha antara lain, dokter Musa, Munadi, H. Alexa, Rd. Sugeng dengan Ketua Munadi.
Perjuangan Persib rupanya berhasil, sehingga di Bandung hanya ada satu perkumpulan sepak bola yakni Persib yang dilandasi semangat nasionalisme. Untuk kepentingan pengelolaan organisasi, decade 1950- an ini pun mencatat kejadian penting. Pada periode 1953-1957 itulah Persib mengakhiri masa pindah- pindah sekretariat. Walikota Bandung saat itu R. Enoch, membangun Sekretariat Persib di Cilentah. Sebelum akhirnya atas upaya R.Soendoro, Persib berhasil memiliki sekretariat Persib yang sampai sekarang berada di Jalan Gurame.
Pada masa itu, reputasi Persib sebagai salah satu jawara kompetisi perserikatan mulai dibangun. Selama kompetisi perserikatan, Persib tercatat pernah menjadi juara sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1961, 1986, 1990, dan pada kompetisi terakhir pada tahun 1994. Selain itu Persib berhasil menjadi tim peringkat kedua pada tahun 1950, 1959, 1966, 1983, dan 1985.
Keperkasaan tim Persib yang dikomandoi Robby Darwis pada kompetisi perserikatan terakhir terus berlanjut dengan keberhasilan mereka merengkuh juara Liga Indonesia pertama pada tahun 1995. Persib yang saat itu tidak diperkuat pemain asing berhasil menembus dominasi tim tim eks galatama yang merajai babak penyisihan dan menempatkan tujuh tim di babak delapan besar. Persib akhirnya tampil menjadi juara setelah mengalahkan Petrokimia Putra melalui gol yang diciptakan oleh Sutiono Lamso pada menit ke-76.
Sayangnya setelah juara, prestasi Persib cenderung menurun. Puncaknya terjadi saat mereka hampir saja terdegradasi ke Divisi I pada tahun 2003. Beruntung, melalui drama babak playoff, tim berkostum biru-biru ini berhasil bertahan di Divisi Utama.
Sebagai tim yang dikenal tangguh, Persib juga dikenal sebagai klub yang sering menjadi penyumbang pemain ke tim nasional baik yunior maupun senior. Sederet nama seperti Risnandar Soendoro, Nandar Iskandar, Adeng Hudaya, Heri Kiswanto, Adjat Sudradjat, Yusuf Bachtiar, Dadang Kurnia, Robby Darwis, Budiman, Nuralim, Yaris Riyadi hingga generasi Erik Setiawan merupakan sebagian pemain timnas hasil binaan Persib.

Sejarah Bulutangkis, Sejarah IBF dan Badminton

Menyinggung mengenai sejarah bulutangkis, kita tidak bisa melupakan IBF (International Badminton Federation) Karena IBF inilah yang mencetuskan federasi bulutangkis internasional.
Sejarah tercatat bahwa bulutangkis ditemukan pada waktu yang sudah lama, sekitar dua ribu tahun lalu permainan "Battledore" dan "Shuttlecock" yang dimainkan di Yunani kuno, India dan China. Sejarah yang panjang yang menakjubkan sebagai permainan baru dalam olympics.
Badminton diberi nama dari "Badminton House" di Gloucestershire, kampung halaman "Duke of Beaufort" (Bulu-Tangkis.COM: Duke adalah sebutan nama bangsawan eropa) dimana olah raga ini dimainkan di abad terakhir. Secara kebetulan, Gloucestershire sekarang adalah pusat dari International Badminton Federation (IBF).
IBF diprakarsai pada tahun 1934 oleh 9 negara anggota yaitu: Canada, Denmark, Inggris, Prancis, Irlandia, Belanda, New Zeland, Scotlandia dan Wales. Anggota IBF bertambah secara cepat dari tahun ke tahun.
Turnamen pertama IBF yang paling bergengsi adalah Thomas Cup (World men's team championships) pada tahun 1948. Sejak itu turnamen berkembang untuk tim putri seperti Uber Cup, Sudirman Cup, World Junior dan World Grand Prix Finals.
Sekarang ada banyak sekali turnamen bulutangkis yang diadakan di masing-masing negara seperti : Indonesia Open, Malaysia, Open, Singapore Open, All England, Japan Open, Swiss Open, Korea Open, Denmark Open, China Open dan masih banyak lagi semuanya dibawah naungan IBF.
Itulah sedikit informasi tentang sejarah bulutangkis dan IBF.
Salam BuluTangkis }>D
ke halaman utama

Sitemap

Rabu, 09 Maret 2011

cinta mmang tak slamanya bisa indah,,,,
cinta juga bsa brubah mnjadi skit,,,,
bgitu yg krasakan kni ,,,prihatiku tnggal khancuran.....
tak prnah trbyangkan dan tak prnah trpkirkan....
cntamu dan cntaku akan brpsah.....
nmun hrus ku rlakan itu....untuk hdupmu agar lbih baik..........



skian dan trima kasihhhh............................?